Problem kemiskinan sampai saat ini belum juga menemukan solusi yang tepat bagi tatanan pemerintah nasional maupun internasional. Membangun dan meningkatan kesejahteraan masyarakat di samping dengan peningkatan ekonomi, juga perlu didukung oleh pembangunan bidang kesehatan masyarakat agar kegiatan ekonomi berjalan seiring dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Buku ini menyajikan beberapa pokok bahasan diantaranya perilaku social masyarakat, kebijakan pengentasan kemiskinan, program pemberdayaan masyarakat, dan model “kerja bareng” dalam program jambanisasi, dengan mendasari pelaksanaan penelitian pada Kinerja BAZNAS Kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah. Melalui beberapa pokok bahasan tersebut maka dalam buku ini menganalisis tentang kinerja BAZNAS dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Karanganyar, sehingga pada buku ini diungkap beberapa hal tentang; Pertama, Dalam hal konsep efektivitas kebijakan pemerintah dan pendekatan pemberdayaan, yang dilakukan secara konsisten dengan prinsip-prinsip dan proses pemberdayaan serta kemampuan memanfaatkan dana Zakat Infak dan Sodaqoh (ZIS) yang dihimpun BAZNAS dan dana CSR BANK JATENG maupun swadaya Mustahiq, guna membanti program jambanisasi maka kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam program jambansasi ini berjalan efetif. Atas komitme dan kemitraan tersebut maka Kabupaten Karanganyar mendapatkan penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakar (STBM) berkelanjutan sebagai Kabupaten terbaik peringkat 3 nasional tahun 2018. Kedua Melalui konsep efektivitas dan melalui pendekatan pemberdayaan serta kemampuan BANAS dalam Menggerakkan potensi zakat dari para muzakki, Kinerja BAZNAS dalam program jambanisasi mampu mendorong perubahan sikap perilaku masyarakat Kabupaten Karanganyar untuk Stop BABS. Ketiga, Melalui pengamatan yang dilakukan penulis dengan pendekatan konsep perubahan sikap dan pemberdayaan masyarakat, menunjukan hasil bahwa prinsip dan proses pemberdayaan dalam program jambanisasi berjalan dan dapat diterima masyarakat penerima manfaat dalam pembangunan. Keempat, Hasil pengamatan menunjukan bahswa tingkat kesadaran partisipasi di perkotaan sejumlah 15 Kelurahan lebih tinggi, yaitu mampu membuat jamban keluarga secara mandiri/swadaya sebesar 76% atau sebanyak 2.229. Sedang di wilayah pedesaan sejumlah 162 Desa, tingkat partisipasi menunjukan hasil lebih rendah dan mampu menyediakan sarana jamban keluarga secara mandiri sebesar 47% atau sebanyak 6.763 jamban keluarga. Kelima, Pada penerapan model pemberdayaan melalui kinerja BASNAS, disamping berhasil membangun partisipasi dan menggerakan potensi dana umat melalui pengumpulan ZIS untuk disalurkan pada program jambansasi dengan menggandeng potensi CSR BABK JATENG dan keterlibatan para stakeholder dengan model dan pronsip pemberdayaan masyarakat, Kabupaten Karanganyar mampu membangun dan mewujudkan masyarakat Kabupaten Karanganyar yang sehat dan meningkat kesejahtaraanya. Dalam proses pembangunan bangsa, maka menggali potensi ZIS juga pelibatan CSR sebagai model pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan nilai modal sosial dan kearifan lokal seperti model kerja bareng dan komitmen pimpinan lokal berbalut kinerja BAZNAS sebagai pengelola dana ZIS masih sangat relevan dikembangkan pada saat ini guna membantu memperccepat pembangunan dan program kerja pemerintah. Penulis menyadari bahwa buku ini belum mendiskripsikan secara rinci kronologisnya, baik dari aspek teori dan metoda penulisan, namun penulis berharap melalui buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk berbuat dan bertindak nyata dengan pijakan berfikir global. Bagi pengambil kebijakan sekiranya buku ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan untuk membangun sebuah kemandirian bangsa yang lebih komprerhensip, penulis berharap buku ini tidak hanya dibaca oleh para maha siswa, tetapi juga penting dibnaca bagi para peneliti, dosen, pengelola dana ZIS dan pengambil kebijakan pembangunan.
DOWNLOAD