Di tiap isak tangis gadis kecilnya, lengan ayah seakan lebih panjang dari malam-malam kelam. la mendekap, hangatnya menjalar; menguar di antara sedih-sedih yang diseduh waktu. “Ayah ada di sini, Nak….”
Janjinya melagu nada paling merdu. Lebih syahdu dari lantunan ayat yang tak pernah kubaca tamat.
Sepenggal puisi di atas hanya sepersekian dari ragam pikiran yang tertuang dalam buku kumpulan puisi: Wajah Manusia. Buku ini adalah cerminan dari serpihan luka dan bahagianya manusia. Puisi yang disulam dengan kata yang mudah dieja tapi sulit dilupa. Karena untaian kata ini bukan hanya milik si penulis, tapi juga milikmu, bukan?
Semoga buku ini bisa menjadi teman di kala sepi, menjadi kekasih di kala rindu, dan menjadi setetes embun di kala dahaga. Selamat membaca, para pengembara!
Penulis : Sukma Sewiji, S.Si.
Editor : Sukma Sewiji, S.Si.
Halaman Buku : 94
DOWNLOAD
PRE-ORDER | Rp. 38.000