Dalam era pertumbuhan jumlah lansia yang begitu cepat di Indonesia maupun global, kesehatan jiwa menjadi tantangan yang semakin penting untuk diperhatikan. Lansia tidak hanya menghadapi penurunan fisik, tetapi juga tekanan psikososial yang kompleks seperti kesepian, kehilangan pasangan, ketidakberdayaan, hingga penurunan harga diri. Salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling umum namun sering terabaikan adalah depresi pada lansia.
Buku Terapi Reminiscence hadir sebagai panduan ilmiah dan praktis untuk memahami, mencegah, dan menangani depresi pada lansia melalui pendekatan non-farmakologis yang humanistik: terapi reminiscence. Terapi ini melibatkan proses mengingat kembali pengalaman hidup bermakna dan menyenangkan dari masa lalu, yang terbukti secara ilmiah mampu memperbaiki suasana hati, meningkatkan harga diri, serta memperkuat relasi sosial lansia.
Realitas demografi lansia di Indonesia, tantangan kesehatannya, serta pentingnya pendekatan keperawatan jiwa dalam menghadapi perubahan fisik, mental, dan sosial pada lansia. Penulis menyajikan data faktual dan analisis tren untuk menunjukkan urgensi masalah depresi pada kelompok usia ini.
membahas secara mendalam mengenai pengertian, gejala, tingkat keparahan, faktor risiko, dan dampak depresi pada lansia dari perspektif medis, psikologis, sosial, dan keperawatan. Penulis mengaitkan kondisi lansia dengan teori perkembangan psikososial Erikson, serta berbagai studi yang menunjukkan tingginya prevalensi depresi pada lansia di komunitas maupun institusi perawatan.
terapi reminiscence sebagai intervensi psikososial yang efektif. Penulis menjelaskan jenis-jenis terapi reminiscence (terstruktur, tidak terstruktur, life review), tujuan, manfaat, serta landasan teoritis dari pendekatan ini. Didukung oleh literatur dari Butler, Collins, Fontaine & Fletcher, hingga penelitian terkini tentang neurobiologi memori positif, terapi ini dikaji secara menyeluruh sebagai pendekatan keperawatan jiwa yang efektif, murah, dan minim risiko.
Bab ini berfokus pada penerapan praktis terapi reminiscence dalam setting komunitas maupun institusi. Penulis menyajikan langkah-langkah implementasi, peran perawat sebagai fasilitator, kriteria pasien lansia yang cocok untuk terapi ini, hingga desain sesi terapi kelompok reminiscence. Studi kasus di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Bengkulu juga disajikan sebagai bukti nyata dampak positif terapi ini terhadap kesejahteraan lansia.