Peran pemuka pendapat dalam menjaga kedamaian di tengah konflik horizontal di Desa Wayame Ambon menggunakan berbagai teori seperti teori konflik, komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, model komunikasi dua tahap, dan integrasi sosial. Pemuka pendapat, melalui pembentukan TIM 20 yang terdiri dari 10 orang Muslim dan 10 orang Kristen, berupaya mengelola perbedaan budaya, agama, dan suku di Wayame untuk mencegah terjadinya konflik. Melalui keterbukaan, empati, dan komunikasi yang efektif, TIM 20 berhasil mengatasi potensi konflik dan isu provokatif.
Dengan mengedepankan keterbukaan, empati, dan kerja sama, pemuka pendapat memfasilitasi dialog antara kelompok, mendekati individu atau keluarga korban secara personal, serta mengelola isu-isu provokatif agar tidak memicu konflik. Integrasi sosial diciptakan dengan menyatukan berbagai kelompok melalui norma-norma yang disepakati bersama.
Komunikasi yang efektif, baik secara interpersonal maupun kelompok, dilakukan melalui pertemuan rutin di tempat ibadah dan koordinasi dengan pihak keamanan. Pemuka pendapat juga berfungsi sebagai inisiator gagasan, perwakilan kelompok, serta pengelola konflik, menjaga agar masyarakat Wayame tetap damai meskipun ada ancaman dari luar.
Integrasi sosial di Wayame dicapai dengan menyatukan berbagai kelompok melalui norma sosial yang disepakati bersama. Pemuka pendapat berperan sebagai inisiator, perwakilan, dan pengelola konflik, menciptakan kerja sama antara individu, keluarga, dan lembaga dalam menjaga harmoni di tengah ancaman konflik dari luar desa. Pertemuan rutin di masjid dan gereja, serta koordinasi dengan pihak keamanan, membantu menjaga kedamaian dan mencegah konflik meluas.
Penulis : La Jaali, S.Sos., M.I.Kom
Editor : Darmawan Edi Winoto, S.Pd., M.Pd.
Halaman Buku : 100
DOWNLOAD
PRE-ORDER | Harga : Rp. 50.000